Wednesday, March 07, 2012

Mental Kaya #4: Punya Sisi Pandang Lain


Robert T. Kiyosaki bercerita dalam buku klasiknya Rich’s Dad Guide to Investing tentang dua ayah yang dimilikinya. Ayah pertama adalah ayah kandungnya sendiri, bekerja untuk pemerintah sebagai gubernur negara bagian Hawaii, AS dengan gaji yang tentu tidak kecil. Dia menyebutnya ayah miskin. Sedangkan ayah kedua adalah ayah temannya, Mike. Seorang pengusaha properti sukses ternama di Amerika Serikat yang menguasai beberapa pencakar langit di negerinya. Dia menyebut ayah Mike, ayah kaya.


Yang paling mengejutkan, kedua ayah Kiyosaki ini memiliki cara pandang yang jauh berbeda. Ayah miskin melihat dunia kekurangan uang dan selalu mengatakan, “Kamu pikir uang tumbuh dari pohon?” atau “Kamu pikir Ayahmu terbuat dari duit?” atau “Lain kali saja, Ayah belum mampu membelinya.” Karena pandangan yang sempit itulah sehingga kehidupan ayah miskin berhemat-hemat. Tidak ada bedanya seperti ketika mereka dalam keadaan muflis, walaupun sebenarnya mereka memiliki banyak tabungan di bank. Lain halnya dengan ayah kaya Kiyosaki. Ayah kaya melihat dunia dari sisi yang lain. Dia punya cara pandang yang berbeda. Dia berpikir dunia ini kelebihan uang. Hal itu bisa kita cermati dari perkataannya, “Jangan khawatir soal uang, bila kita mengerjakan sesuatu yang tepat, banyak uang bisa kita peroleh,” atau “Jangan membiarkan kekurangan uang menjadi dalih untuk tidak mendapatkan apa yang kita inginkan.”

Kedua pemikiran yang berbeda tersebut baru berdampak saat ayah miskin berumur 56 tahun. Ketika itu ia dipecat dari jabatan tingginya sebagai pegawai negeri dan kehilangan pekerjaan, gelar, dan jabatannya. Dia memulai segalanya dari nol. Sedangkan di saat yang sama ayah kaya justru malah menikmati pensiun mudanya. Dia memberikan tahta kerajaan bisnis yang telah ia bangun sejak muda kepada sang anak, Mike. Ayah kandung Kiyosaki tidak mampu survive dengan dunia yang dialaminya waktu itu, namun ayah bisnis Kiyosaki malah menduduki singgasana finansial di negara kapitalis tersebut. Mengapa demikian? Alasan utamanya adalah karena ayah Mike seorang entrepeneur. Dia mengelola usaha, bukan sekedar menjadi pegawai/karyawan seperti ayah kandungnya.

Sebuah riset mengungkapkan perbedaan yang paling membedakan antara negara berkembang dan negara maju adalah persentase penduduknya yang menjadi pengusaha. Hongkong, negara kecil yang maju, ternyata sekitar 10% penduduknya adalah pengusaha. Negara kapitalis liberalis Amerika Serikat, kurang lebih 6% penduduknya adalah pengusaha. 45% warganya juga telah menanamkan sahamnya di perusahaan swasta. Mereka sadar bahwa investasi dalam bisnis semakin penting. Mereka berkeyakinan tidak selamanya pemerintah mampu menopang hidup mereka. Itulah yang terjadi di negara mereka. Sekarang mari kita berkaca pada negeri kita. Indonesia, hanya 0,1% rakyatnya berprofesi sebagai pengusaha. Mungkin itulah sebabnya mengapa negara kita masih dikatakan berkembang.

Written by: Luqman Arifin Siswanto (2012)
Bibliography:
Rich Dad Poor Dad, Guide to Investing (Robert T. Kiyosaki)
Presentasi Steve Jobs

Related Articles

0 comment:

Post a Comment